Saat ini sedang beredar film XL : Extra Large, sebuah film komedi yang mengangkat masalah sensitif bagi kaum lelaki, yaitu kejantanan yang dilihat dari aspek ukuran kelamin. Selama berabad – abad, kaum lelaki terobsesi dengan ukuran organ reproduksi ini, lengkap dengan berbagai mitos yang melingkupinya. Seorang lelaki akan rendah diri bila merasa kelaminnya tidak seideal yang di harapkan.
Untuk meraih ukuran ideal itu, lelaki rela melakukan berbagai upaya, terutama dengan cara – cara yang bertentangan dengan medis. Bagi kalangna medis, mengubah ukuran kelamin lelaki adalah sangat mustahil. Tetapi, bagi kalangan alternatif atau supranatural, menambah ukuran penis adalah sangat gampang. Maka, bermunculanlah orang – orang yang mengaku mampu memperbesar penis, termasuk tokoh terkenal, yaitu Mak Erot.
Beberapa waktu lalu acara Kupas Tuntas di Trans TV ( Sebelum acara ini pindah tayang di Trans7 ), pernah mengupas fenomena “ modifikasi “ kelamin lelaki. Dua narasumber di hadirkan. Dari pihak Mak Erot diwakili salah satu anaknya ( Mak Erot sendiri sudah tidak berpraktik karena sudah tua ), dengan penuh keyakinan menjelaskan bahwa penis bisa diperbesar dan diperpanjang.
Narasumber dokter Boyke Dian Nugraha, secara tegas menyatakan bahwa ukuran penis tidak bisa dirubah. Pertentangan pandangan antara Boyke dan wakil Mak Erot tidak menemukan titik temu, kecuali semua terserah keyakina masyarakat. Bila lelaki terobsesi dengan ukuran kelamin, lantas bagaimana pendapat perempuan tentang hal ini? Tampaknya pendapat kaum perempuan juga terbelah. Sebagaian perempuan menganalogikan dengan payudara yang bisa diubah bentuknya melalui operasi plastik.
“ Teknologi semakin maju. Bukan mustahil bentuk kelamin juga bisa dibentuk sesuka hati, “ tutur Liana Dewi ( 22 ), mahasiswi di
Bagi Deswita, yang sudah mempunyai dua orang anak, ukuran penis suami adalah rahasia keluarga. Hanya yang bersangkutan dan istri saja yang tahu, sehingga tak ada alasan untuk mengubah ukuran. “ Hanya lelaki bodoh yang yang mau melakukan itu ( mengubah ukuran penis ) , “ tambahnya.
Hal senada juga diungakapkan Silvi ( 35 ), salah seorang teman istri saya yang seorang karyawan swasta di Ungaran. Perempuan yang telah menikah dua kali ini “ beruntung “ bisa melihat perbedaan ukuran penis dari dua lelaki yang berbeda ( mantan suami yang telah meninggal dan suaminya sekarang ). “ Saya pribadi tidak melihat perbedaan yang berarti, “ katanya. Menurutnya, lelaki yang percaya ukuran kelamin bisa diubah, secara tidak langsung telah merendahkan martabat perempuan. “ Pikiran itu sama saja menganggap perempuan sebagai alat pemuas nafsu dan makhluk yang rakus akan kepuasan “.
Pendapat Silvi cukup beralasan. Selama ini motivasi lelaki mengubah ukuran kelamin adalah untuk memuaskan perempuan. Di sisi lain, motivasi perempuan menikah bukanlah mencari kepuasan, tetapi kebahagiaan dalam arti yang sangat luas. “ Memiliki suami yang percaya diri, itu sudah kebahagiaan bagi istri, “ tambahnya.
Untuk masa sekarang, membicarakan ukuran kelamin adalah kegiatan yang membuang energi dan waktu. Lebih baik energi dan waktu digunakan untuk hal – hal yang lebih bermanfaat, seperti meningkatkan disiplin, etos kerja, dan produktivitas sesuai dengan profesi masing – masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar