Kebaikan tidak mungkin dilatih atau dipelajari.
Kebaikan tidak mungkin dilakukan dengan sengaja karena kalau kebaikan dilakukan
dengan sengaja, dengan kesadaran bahwa perbuatan itu merupakan kebaikan, maka
itu bukan lagi kebaikan namanya, melainkan perbuatan yang sudah teratur dan
karenanya berpamrih. Dan perbuatan apapun yang mengandung pamrih, dapatkah
dinamakan kebaikan? Yang dinamakan pamrih adalah harapan untuk mencapai sesuatu
demi keuntungan diri pribadi, baik itu keuntungan lahir maupun keuntungan
batin.
Segala bentuk perbuatan, yang dinamakan baik maupun buruk, adalah akibat dari
pada keadaan pikiran, keadaan batin. Baik buruknya setiap perbuatan ditentukan
oleh keadaan batin. Oleh karena itu, bukan perbuatan yang harus dirobah, yang
harus dilatih atau dipelajari karena perbuatan hanya merupakan akibat dari
keadaan batin. Yang perlu dirobah adalah batin sendiri, keadaan batin itu
sendiri. Bukan dirobah oleh kita, karena kalau demikian, hal itu merupakan
suatu perbuatan berpamrih yang lain. Bukan DIRUBAH, melainkan BERUBAH! Jadi,
perbuatan yang dinamakan perbuatan baik tidak terpisah dari keadaan batin,
demikian perbuatan yang dinamakan buruk atau jahat. Batinlah yang menentukan,
keadaan batin yang mendorong setiap perbuatan. Kalau batin tenang dan bersih, dapatkah
kita melakukan perbuatan yang buruk dan jahat? Sebaliknya, kalau batin keruh
dan kacau, mana mungkin kita dapat melakukan perbuatan bersih dan baik?
Dan batin baru dalam keadaan hening, tenang, bersih, berimbang, tegak dan
lurus, bersih dan bening, kalau tidak dikeruhkan dan disibukkan oleh pikiran!
Pikiranlah yang membentuk AKU dan si aku inilah yang merajalela mengaduk batin,
dengan segala keinginannya, mengejar dan mengulang kesenangan, mengelak dan
menjauhi yang tidak menyenangkan. Si aku menyeret batin ke dalam lingkaran
setan yang tiada berkeputusan antara baik dan buruk, senang dan susah, puas
dan kecewa, suka dan duka, dan setiap saat batin menjadi keruh, menjadi sumber
dari segala rasa takut, marah, benci, iri, tamak, prasangka yang menjadi permainan
si aku dan akhirnya hanya duka dan sengsara yang menjadi bunga kehidupan kita.
Untuk dapat menyelami semua ini, kita hanya tinggal menjenguk isi batin
sendiri, mengamati batin kita sendiri saat demi saat, hidup dalam keadaan
sekarang ini, menghapus yang lalu dan menyingkirkan yang akan datang agar kita
dapat sepenuhnya hidup di saat ini. Pengamatan terhadap diri sendiri lahir
batin sajalah yang akan membuat kita waspada, tidak lagi menjadi boneka permainan nafsu, tidak ada lagi si aku
merajalela dan yang ada hanyalah kewaspadaan dan kesadaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar